Sawi putih (Brassica rapa L.) adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daunnya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi putih termasuk ke dalam tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Beberapa spesies dari genus Brassica memiliki kemiripan satu sama lain. Sawi memiliki kandungan nutrisi seperti kalsium, asam folat, dan magnesium serta vitamin A, B, C, E, dan K. Petani di desa Serang memiliki masalah tidak hanya di bidang biaya produksi, tetapi juga pernah mengalami kegagalan panen akibat penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, sehingga perlu adanya pengendalian untuk meningkatkan produktivitas tanaman sawi putih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur pada tanaman sawi putih, mengetahui jamur yang menyebabkan penyakit pada tanaman sawi putih serta mengetahui persentase kemunculan jamur penyebab penyakit pada tanaman sawi putih di desa Serang Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pengambilan sampel secara purposive random sampling pada dua lokasi yang berbeda di Desa Serang Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Identifikasi penyakit dilakukan dengan melihat tanda serta gejala secara makroskopis, sedangkan jamur penyebab penyakit diamati karakter mikromorfologi dan makromorfologinya. Identifikasi, dilanjutkan dengan Postulat Koch. Hasil penelitian di Desa Serang Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga didapatkan jenis penyakit pada tanaman sawi putih adalah penyakit layu daun dan bercak daun. Penyakit layu daun disebabkan oleh jamur Fusarium sp. dan penyakit bercak daun disebabkan oleh Botryodiplodia sp. Penyakit yang paling banyak muncul pada tanaman sawi putih yaitu penyakit layu daun oleh Fusarium sp dengan frekuensi kemunculan sebanyak 199 kali dan persentase penyakit sebesar 50,95% dan frekuensi kemuncula untuk bercak daun Botryodiplodia sp. sebanyak 70 kali dan persentase penyakit sebesar 17,9%.
Budidaya Tanaman Sawi Putih Pdf Viewer
Azizah, N., G. Haryono dan Tujiyanta. 2016. Respon macam pupuk organik macam mulsa terhadap hasil tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) var. tosakan. Vigor Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika. 1 (1) : 44-51.
Nathania, B., I.M. Sukewijaya dan N.W.S Sutari. 2012. Pengaruh aplikasi biourin gajah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 1 (1) : 72-85.
Rahmah, A., M. Izzati dan S. Parman. 2014. Pengaruh pupuk organik cair berbahan dasar jagung manis (Zea mays L. Var. Saccharata). terhadap pertumbuhan tanaman sawi putih (Brassica chinensis L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi. 22 (1) : 65-71.
Abstrak: Limbah sayur-sayuran (Sawi putih, sawi hijau dan kubis) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair (POC) karena mengandung unsur hara yang digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman seperti sawi pakcoy (Brassica rapa L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuha n tanaman sawi pakcoy terhadap pemberian pupuk organik cair limbah sayur-sayuran. Jenis penelitia n adalah penelitian eksperimen, dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan 3 perlakuan (POC limbah sayur-sayuran, POC limbah sayur-sayuran + pupuk kandang dan pupuk kandang), dan 9 ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap 2 parameter yaitu tinggi tanaman dan jumlah helai daun. Hasil analysis of variance menunjukkan ada perbedaan tinggi tanaman dan jumlah helai daun antar perlakuan. Hasil LSD menunjukan bahwa perlakuan POC limbah sayuran dengan POC limbah sayuran dicampur pupuk kandang memberikan hasil pertumbuhan yang tidak berbeda, baik pada tinggi tanaman maupun jumla h helai daun.
Damayanti, n. S., widjajanto, d. W., & sutarno, s. (2019). Pertumbuhan dan produksi tanaman sawi pakcoy (brassica rapa l.) Akibat dibudidayakan pada berbagai media tanam dan dosis pupuk organik. Journal of agro complex, 3(3), 142.
2. Setelah botol plastik dipotong jadi 2 bagian, lubangi atau bolongi botol plastik menggunakan soldier atau paku yang berfungsi untuk mengalirkan air keluar agar media tanam tidak tergenang air, sehingga tanaman sawi terjaga.
Peluang budidaya jamur tiram putih (Pleurotusostreatus) cukup diminati oleh masyarakat karena usaha ini memiliki kelebihan diantaranya adalah modal murah, cepat perkembangbiakan dan cukup menguntungkan., tetapi limbah baglog yang dihasilkan belum maksimal dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah dapat dijadikan kompos, dengan menggunakan aktivator alami dan dosis tertentu.Penelitian dilakukan di SMAN 1 Palembang dari bulan Januari sampai Mei 2015. Kriteria kompos yang baik adalah dengan aktivator pukan sapi 10% dengan waktu pengomposan selama satu bulan, komposisi kompos yang dihasilkan: C-Organik 28,96, N-Total 1,30, pH 7,91, C/N 22, dan KTK 75. Komposisi media tumbuh tanaman sawi hijau (Brassica rapa var. parachinensis L.) yang baik adalah K3 (60 tanah : 40 kompos) v/v, Tanah tersebut tergolong tanah masam dengan pH 4,56.Kandungan C-organik tergolong rendah (1,01gkg-1). Kandungan Nitrogen tanah tergolong rendah yaitu sebesar 0,10 gkg -1. Kandungan P tersedia tanah tergolong sedang dengan kandungan sebesar 10,35 mgkg-1. Kandungan basa tanah berupa K sebesar 0,51cmolckg-1 (tinggi); Na sebesar 0,11 cmolckg-1 (rendah); Ca sebesar 1,18 cmolckg-1 (sangat rendah), dan Mg sebesar 0,45 cmolckg-1 (rendah). Rasio C/N tanah tergolong tinggi yaitu sebesar 10. Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah tergolong rendah sebesar 15,23 cmolckg-1, kejenuhan Al tergolong rendah yaitu sebesar 13,7 %, serta kejenuhan basa yang tergolong sangat rendah yaitu sebesar 14,77 %. dapat dilihat dari jumlah daun mulai bertambah pada minggu ke empat berjumlah 4 lembar, luas daun 252,5 cm2, biomassa basah 42,22 gram, dan biomassa kering 2,46 gram. Jumlah klorofil 51,4 (daun atas/muda) dan 36,8 (daun bawah/tua)
Tanaman sawi hijau merupakan salah satu tanaman sayur-sayuran yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga diperlukan suatu perlakuan teknologi budidaya agar produksi tanaman sawi hijau tidak menurun. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan penggunaan benih yang berkualitas melalui peningkatan viabilitas benih yand diintegrasikan dengan agen hayati yaitu mikroorganisme lokal dari bonggol pisang. Tujuannya untuk mencegah kerusakan benih akibat adanya fungi atau cendawan, dan untuk mematahkan dormansi pada benih karena penyimpanan yang terlalu lama. Pada akhirnya dapat mempercepat perkecambahan benih sawi hijau. Penelitian ini dilakukan di kampung Pikhe, Wamena menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian membuktikan bahwa perendaman 2 jam, 4 jam, dan 6 jam menunjukkan potensi tumbuh benih dan daya berkecambah beni yang paling cepat. Namun demikian perendaman 6 jam paling direkomendasikan karena menunjukkan viabilitas benih yang paling baik. Sedangkan perendaman benih selama 8 jam dan 10 jam tidak menunjukkan viabilitas benih yang baik. Untuk itu, disarankan untuk melakukan perendaman benih sawi hijau selama 6 jam sebelum ditanam dan tidak direkomendasikan untuk melakukan perendaman lebih dari 10 jam karena hal ini dapat berpengaruh buruk terhadap viabilitas benih sawi hijau.
Munthe, K., Pane, E., & Panggabean, E. L. (2018). Budidaya tanaman sawi (brassica juncea l.) pada media tanam yang berbeda secara vertikultur. Agrotekma: Jurnal Agroteknologi Dan Ilmu Pertanian, 2(2), 138.
Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura komoditas sayuran yang juga berfungsi sebagai bahan penyedap masakan dan juga sangat bermanfaat bagi kesehatan mengandung unsur-unsur aktif sebagai bahan anti bioitik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi pupuk organik cair yang tepat terhadap pertumbuhan dan hasil bawang putih di dataran tinggi, dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok 1 faktor, dengan enam perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Sehingga terdapat 24 unit percobaan, dan dalam setiap petakan terdapat 50 populasi tanaman dengan ukuran petak 2 m x 1 m dan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Penelitian ini menggunakan analisis ragam, dengan menggunakan Uji f dengan selang kepercayaan 95% atau α 0,05. Jika hasil uji menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur BNJ taraf 5% untuk mengetahui perbedaan perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal bahwa: Pada pemberian pupuk organik cair konsentrasi 4 ml/l air memberikan hasil terbaik terhadap bobot segar daun, bobot segar umbi, bobot segar batang, bobot segar akar dan bobot kering umbi, bobot kering daun tanaman bawang putih. 2ff7e9595c
Comments